Menguji Ketahanan Fokus

Kamis, 12 Januari 2012 Label:
Dalam bukunya "Only The Paranoid Survive" (Currency New York :1996), Andy Grove menceritakan banyak hal tentang lingkungan bisnis, keputusan dan eksekusi yang dijalankan dengan posisinya sebagai CEO Intel. Langkah Grove mengubah core business dari chip memory ke microprocessor dinilai banyak pihak sebagai kesuksesan bertindak. Sebelumnya, Intel dihadapkan pada banyak dilemma menghadapi serangan produk Jepang yang telah lebih dulu menguasai pasar chip memory di samping juga dilihat dari resource usaha,
manufaktur Jepang itu lebih kuat. Saat itu Grove menghadapi tiga pilihan yang sama-sama tidak mudah.   

Mengambil hikmah dari permainan tersebut diatas, kalau kita semua bisa menciptakan peristiwa dengan instruksi mental terhadap benda kecil, mestinya kita pun bisa menciptakan sesuatu  terhadap benda atau hal lain yang berharga, misalnya saja target atau tujuan hidup kita sendiri. Sebab dari permainan itu terbukti bahwa kekuatan internal bisa berkomunikasi untuk menciptakan kesepakatan kinerja dengan kekuatan eksternal dengan syarat dikomunikasikan dengan mengerahkan fokus atau konsentrasi yang mencapai tingkat dominasi tinggi. Persoalannya jelas bahwa untuk mengerahkan fokus pada permainan di atas selain  membutuhkan durasi terbatas juga berlangsung tanpa godaan atau tantangan.  Kondisi itu tentu amat berbeda dengan target atau tujuan hidup yang biasanya penuh dengan godaan dan tantangan. Apa saja godaan atau tantangan itu? Lalu bagaimana kita mempertahankan diri agar tetap fokus?

Situasi: Fair vs Unfair  

Ibarat mengarungi lautan, situasi yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari bisa  normal dalam arti menciptakan perlakuan yang fair  dan juga bisa sebaliknya. Dalam situasi fair semua berjalan sebagaimana direncanakan sekaligus tidak ada gangguan ombak yang menciptakan kekhawatian. Pada tingkat ini nyaris tidak ditemukan perbedaan antara nahkoda yang ahli dan amatiran karena bisa sama-sama mengarahkan kapal sesuai peta dan sampai ke tujuan. Dalam situasi seperti ini maka benar apa yang dikatakan orang bahwa laut yang tenang tidak pernah melahirkan pelaut  yang tangguh. Tetapi bagaimana kalau tiba-tiba terjadi ombak besar; situasi berkabut; rute tidak pasti dan tidak lagi bisa dijawab kapan  bisa sampai ke daerah tujuan?

Itulah ilustrasi persoalan situasi yang konkrit.  Dalam kondisi konkrit yang demikian, mampukah anda menjaga agar diri tetap fokus; mengerahkan energi konsentrasi di tengah-tengah situasi yang terkadang bisa dikontrol tetapi terkadang liar? Jawabannya mungkin agak sulit untuk anda jawab. Inilah alasan mengapa permainan di atas mungkin tidak bisa dilakukan oleh semua orang.  Kalau diandaikan, kemungkinan besar semua atau mayoritas orang bisa sukses dengan gagasannya kalau situasi selamanya menciptakan perlakuan yang fair dalam arti tidak ada masalah hidup selain melakukan sesuatu untuk memenuhi target agar tujuan  tercapai.

Untuk bisa memfokus pada tujuan atau hal-hal berharga,  pola pandangan anda terhadap situasi tidak boleh tunggal: fair atau unfair. Karena pandangan tunggal sering memberi jebakan berupa pengabaian terhadap pendidikan situasi. Jika anda berpandangan situasi itu hanya fair padahal kenyataannya musibah, godaan, atau pun kesengsaraan bisa menimpa siapa saja tak peduli orang baik; baik-baik; setengah baik; atau orang jahat, maka pandangan anda bertentangan dengan situasi konkrit yang berarti memudahkan jawaban putus asa atau kebencian personal. Dengan memiliki pandangan ganda, maka situasi dapat diletakkan dalam perspektif uji-ketahanan fokus.

Konon James O. Jackson, penulis dan senior editor majalah Time, punya ketahanan fokus dan konsentrasi yang mengagumkan. Selain profesinya yang  mengharuskannya untuk terus-menerus berhadapan dengan deadline yang ketat, uncertainity, pun juga masalah di luar profesi yang diliputi chaos. Namun dalam kondisi tersebut ia tetap dapat berkonsentrasi, meramu sejumlah besar informasi hanya dalam hitungan jam, dan menghasilkan tulisan bermutu. Sementara ia masih tetap bisa bercanda, dan menyelesaikan masalah orang lain.  Tentu masih banyak tokoh sukses yang anda kenal yang dapat berkonsentrasi di tengah gelombang. Lalu apa rahasianya?

Sudut Pandang  

Memetik pelajaran dari kehidupan Jackson, seperti yang dikutip oleh Steven J Stein, dalam The EQ Edge: Emotional Intelligence and Your Success, (Howard E Book: Toronto 2000), bahwa rahasia di balik ketahanannya adalah kepercayaan pada kemampuan sendiri. Yakin pada apa yang dapat dilakukan dengan kualitas terbaik sekaligus tidak membiarkan jebakan emosi menguasai diri akibat orang lain atau situasi. Kemampuan tersebut adalah rumusan sudut pandang sendiri dalam melihat peta situasi yang menyangkut isu tentang orang dan peristiwa.

Jika tiba-tiba bawahan atau atasan atau istri atau pembantu anda menelpon bahwa ada orang yang mencari anda dan karena tidak ketemu atau terlalu lama menunggu, maka orang tersebut harus pamitan dengan menampakkan muka kusut. Karena sudut pandang berbeda, "muka kusut" bisa dilaporkan kepada anda bahwa orang tersebut jengkel atau pantas menerima kasihan. Padahal faktanya adalah sangat mungkin sekali kalau tiba-tiba anda datang dengan membawa sudut pandang sendiri dengan orang itu, maka "muka kusut" ya hanya sekedar muka kusut tanpa embel-embel jengkel atau pantas dikasihani. Dan begitu mendengar apa maksudnya lalu anda mengatakan YA atau TIDAK, lalu urusan  selesai.

Belajar dari Jackson, rumusan tentang ketahanan hidup bertumpu pada tiga unsur kunci:  
1.    Kemampuan merencanakan tindakan positif untuk membatasi dan menampung stress.
2.    Kemampuan untuk tetap optimis meskipun mengalami hal-hal negatif atau menghadapi perubahan mendadak
3.    Kemampuan untuk merasa bahwa anda bisa mengendalikan atau sekurang-kurangnya mengatasi peristiwa yang menimpulkan stress.
Kebanyakan manusia hanya bisa melakukan hal-hal positif atau fokus pada tujuan pada saat situasi fair dan selebihnya sedikit saja situasi berubah, maka berubah pola format tindakan. Kalau situasi hidup hanya berubah sekali tidak apa-apa, tetapi situasi berubah sepanjang hidup. Jadi konsentrasi pun berubah. Kalau konsentrasi berubah, maka jangankan terhadap tujuan hidup, terhadap benda kecil dalam permainan di atas pun tidak bisa menciptakan "thing happens".

Di sisi lain, tindakan bukanlah peristiwa tunggal melainkan dipicu dari bentuk sudut pandang tertentu. Bukan kemampuan istimewa jika anda punya optimisme di saat situasi normal sebab yang benar-benar dibutuhkan adalah mampukah anda melihat secercah cahaya pada saat situasi terkadang berkabut. Maka melihat situasi disebut "Kemampuan", dalam arti "quality of achievement". Sebelum Teh Sosro dipasarkan konon riset pemasaran perusahaan multinasional tersebut justru mengatakan TIDAK, tetapi sudut pandang Sutjipto Sosrodjojo  mengatakan YA.

Beberapa Saran 

Jika persoalan fokus dan konsentrasi berpusat pada orisinilitas sudut pandang tentang orang dan peristiwa, maka yang perlu anda lakukan adalah menjalani pendidikan situasi yang materinya antara lain: Jangan larut; Jangan lari; dan Jangan kalut. Atau menempuh proses pembelajaran diri melalui perubahan situasi.

1.  Jangan Larut

Untuk bisa fokus pada tujuan hidup di tengah situasi eksternal yang terkadang fair dan unfair, dituntut ketahanan untuk tetap utuh. Jika anda larut di dalamnya maka itu artinya anda terbawa ke dalam situasi; hanyut dan tenggelam di dalamnya. Manusia secara umum punya kecenderungan untuk larut dalam situasi yang diakibatkan oleh kebiasaan reaktif, konformitas dan kehilangan jarak yang memisahkan space personal dan situasi.

Reaktif. Kebiasaan ini merupakan akibat dari pengabaian terhadap pengembangan kesadaran proaktif dalam arti kemampuan untuk memilih.  Kesadaran Proaktif  bahwa anda sedang berhadapan dengan situasi yang menuntut  untuk memilih merupakan modal dasar. Begitu anda kehilangan sudut pandang untuk memilih maka dengan sendirinya anda terbawa oleh sudut pandang "absolute truth" (kebenaran mutlak) yang berarti munculnya keharusan yang tidak anda sadari untuk larut.

Konformitas. Seperti yang sudah sering dijelaskan, konformitas adalah musuh utama kreativitas yang dalam kaitan dengan menjaga fokus dapat bermakna kehilangan keaslian sudut pandang personal. Terimalah kenyataan bahwa untuk persoalan tertentu sudah tercipta sudut pandang kolektif tertentu tetapi yang mestinya tidak boleh anda lakukan adalah mengabaikan kesempatan memunculkan sudut pandang pribadi anda terhadap persoalan tersebut. Bukan dalam konteks "menentang" untuk "berlawanan" tetapi murni eksplorasi diri agar anda tidak gampang larut dalam berbagai hal.

Kehilangan Jarak. Ketika sudah terformat bahwa anda dan situasi yang sedang muncul sama, maka artinya anda sudah larut. Mengubah situasi dari yang tidak diinginkan terjadi menjadi apa yang anda inginkan terjadi jelas menuntut posisi di mana anda memiliki jarak yang memungkinkan terciptanya kendali terhadap suatu situasi.

2.  Jangan Lari

Asas praduga mengapa anda tidak diperbolehkan lari dari situasi yang anda anggap sulit adalah karena setiap persolan akan memiliki wilayah polarisasi yang mengandung unsur solusi meskipun juga mengandung unsur persoalan lain. Solusi biasanya sudah memiliki bagian-bagian tertentu sebagaimana juga persoalan,  tidak berdiri sendiri. Ketika anda tidak bisa menciptakan solusi secara utuh maka yang tidak boleh anda lakukan adalah menciptakan problem dari situasi yang sudah sarat problem. Sebaliknya anda bisa memilih bagian dari solusi yang dilihat paling sederhana.

Ketika sudah kehilangan asas praduga seperti di atas maka tidak ada pilihan lain kecuali anda harus lari dari tanggung jawab untuk menyelesaikan persolan atau pasrah-pasang-badan.  Dalam keadaan lari, maka selain merugikan orang lain terkait dengan situasi tersebut, juga di sisi lain telah menyedot energi fokus dari pengembangan diri menjadi penghindaran diri.  Oleh karena itu tidak salah jika dikatakan bahwa mengerahkan fokus dan konsentrasi dibutuhkan ketenangan diri. Tanpa ketenangan, maka mudah terjadi pembiasan ke hal lain yang bisa jadi jauh dari esensi pengembangan. Sehingga memang harus dikatakan bahwa upaya yang paling penting adalah menciptakan antisipasi atas kemungkinan munculnya situasi yang membuat anda berpikir untuk lari.

3.  Jangan Takut

Anda kehilangan kompas yang menunjukkan ke mana arah kiblat yang sebenarnya. Pada situasi demikian maka tidak ada lagi fokus kecuali ketakutan yang tidak beralasan.  Ketika ketakukan sudah mendominasi muatan pikiran, maka jangan salah jika ketakutan tersebut mewakili keinginan. Artinya, jika orang takut gagal tidak berarti menginginkan sukses malainkan justru menginginkan kegagalan terjadi, karena dominasi muatan pikiran berupa ketakutan dan pikiran anda hanya akan bekerja menurut apa yang mendominasi muatannya, terlepas baik atau buruk; tahu atau tidak tahu. Maka diajarkan kepada kita, siapa yang takut terjerumus, ia akan terjerumus.

Dengan kata lain, untuk memiliki kemampuan mengerahkan fokus jelas dibutuhkan "Management of Fear". Dalam hal ini maka keberanian bukan berarti tidak ada lagi rasa takut melainkan lebih tepat dipahami sebagai   kemampuan menjinakkan rasa takut (the mastery of fear). Tentu sangat beralasan dikatakan "mastery" karena selama manusia masih hidup maka tetap memiliki rasa takut,  tetapi yang dibutuhkan adalah mengelola rasa takut tersebut menjadi kekuatan konstruktif.  Dengan pengelolaan, ketakutan bisa menjadi keberanian.

Hal yang penting adalah jangan takut hidup hanya semata karena rasa takut  lalu kalut  kemudian membuat seluruh kecerdasan anda tumpul. Sebaliknya gunakan ketakukan tersebut menjadi alat menciptakan keberanian bertindak untuk mengatasi situasi yang menganggu fokus pengembangan diri. Dan ini menuntut penemuan sebuah format sudut pandang yang berbeda karena ia akan menjadi pondasi. Begitu anda merasakan getaran rasa takut yang kian mendominasi, cepatlah kembali pada pertanyaan mendasar, sudut pandang model apa yang anda gunakan. Lalu kembali bertanya, mengapa tidak mengganti sudut pandang yang menciptakan keberanian.

Belajar dari pengalaman kemenangan para jagoan perang dari sejak masa keemasan Sun Tzu di China lalu Musashi dengan Samurai di Jepang, bahkan sejak peperangan para  nabi membawa misi ke-Tuhan-an ditemukan bahwa penguasaan situasi memiliki kontribusi kemenangan terbesar. Artinya apa? Kemenangan atau kekalahan dalam perang sangat sedikit sekali relevansinya dengan kekuatan atau kelemahan musuh tetapi lebih kepada mbagaimana sebuah pasukan menemukan sudut pandang "Kemenangan" yang diyakini bersama. Anda juga punya kesempatan sama untuk menemukan sudut pandang menang atau meraih tujuan hidup. Ketika anda menemukannya maka anda tinggal memfokuskannya dengan energi konsenstrasi yang total kemudian memberi instruksi mental ke arah mana langkah kaki diinginkan. Semoga berguna.

0 komentar:

Posting Komentar

 
ARFY'S BLOG © 2011 | Design Template by Rizky wardiansyah | Template Blogger Name | Template Transparent 2.0 | Template Transparent 2.0